Selasa, 20 September 2011

Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa Sawit telah menjadi salah satu tanaman primadona masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kelapa sawit ( Elaeis) merupakan tumbuhan industri penghasil minyak masak, minyak industri dan bahan bakar (biodiesel). Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Riau, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan.
 
SYARAT TUMBUH     

        Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara  5-7  jam/hari. Tanaman  ini  memerlukan  curah  hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 240-280C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
        Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150.

TEKNOLOGI BUDIDAYA

Bahan Tanam
        Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian  Perkebunan Medan (RISPA). Balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.
       Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan menjadi Dura, Pisifera dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki    cangkang tebal sehingga dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%. 


Pengecambahan Benih
        Tahapan pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai berikut:
1. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya. Pengupasan buah kelapa sawit dapat  menggunakan mesin pengupas.
2. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru.
3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan  dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17%.
4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai  700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya
390 C.
5. Benih diperiksa 3 hari sekali  (2 kali per minggu) dengan membuka  kantong  plastiknya dan semprotlah  dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih Dura dan 28-30% untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa kelembabannya.
6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian perkecambahan.
7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan  kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15-20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke persemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.


Penyemaian
        Tahapan pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi:
1. Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.
2. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 cm  x  23 cm atau 15 cm x 23 cm (lay flat).
3. Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
4. Kecambah ditanam sedalam - 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
5. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur  3-4 bulan dan berdaun  4-5  helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
6. Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag    dapat menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
7. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha menghasilkan kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
8. Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
9. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15-30 kg/polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit.
10. Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x100 cm.


 Gambar 1. Pesemaian kelapa sawit dalam polybag

Pemeliharaan Pembibitan
        Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur,  sehingga  bibit akan  dapat  dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit   meliputi penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta pemupukan. 

Penyiraman
         Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman -2 lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.

Penyiangan 
        Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag  harus dibersihkan, dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
  
Pengawasan dan Seleksi
        Pengawasan bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan  bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, yakni dengan ciri-ciri; 
1. Bibit tumbuh meninggi dan kaku
2. Bibit terkulai
3. Anak daun tidak membelah sempurna
4. Terkena penyakit
5. Anak daun tidak sempurna

Pemupukan
        Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang  sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis dan jenis pupuk untuk pemupukan bibit


Umur bibit
(minggu ke )

Jenis pupuk

Dosis

Rotasi

4-5

Larutan Urea 0,2 %

3-4 lt larutan/100
bibit

1 minggu

6-7

s.d.a

4-5 lt larutan/100
bibit

1 minggu

8-16

Rustica 15. 15. 6. 4

1 gr/bibit

1 minggu

17-20

Rustica 12.12.17.2

5 gr/bibit

2 minggu

21-28

s.d.a

8 gr/bibit

s.d.a

29-40

s.d.a

15gr/bibit

s.d.a

41-48

s.d.a

17gr/bibit

s.d.a

Pemindahan Bibit ke Lapangan
        Bibit yang telah berumur 8 bulan dapat dipindahkan ke areal pertanaman, tetapi umumnya bibit dipindah ke lapang pada umur 10-14 bulan. Pemindahan bibit ke lapangan harus diusahakan agar bibit tidak rusak dan polybagnya tidak pecah.


Gambar 2. Bibit kelapa sawit siap dipindahkan ke lapangan

Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
        Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanam monokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legume cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.


Gambar 3. Tumpang sari kelapa sawit dengan ubi kayu

Pengajiran
        Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem jarak penanaman yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9x9x9 m. Dengan sistem segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m, jumlah tanaman 143 pohon/ha.
 
Pembuatan Lubang Tanam
        Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalah 50x40x40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing- masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Cara Penanaman
        Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Adapun tahapan penanaman sebagai berikut:
1. Letakkan bibit yang berasal dari polibag di masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
2. Siram bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
3. Sebelum penanaman dilakukan pemupukan dasar lubang tanam dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gr/lubang.
4. Buat keratan vertikal pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian dimasukkan ke dalam lubang.
5. Timbun bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
6. Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
7. Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.


Pemeliharaan Tanaman
        Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
Penyulaman
        Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Penyulaman yang baik dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu berkisar 10-14 bulan. Banyaknya sulaman sekitar 3-5% setiap hektarnya. Cara penyulaman sama dengan cara menanam bibit.

Penanaman Tanaman Penutup Tanah
        Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat  memperbaiki  sifat-sifat  fisika,  kimia  dan  biologi  tanah, mencegah  erosi  dan  mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacang- kacangan  sebaiknya  dilaksanakan  segera  setelah  persiapan lahan  selesai.  Jenis-jenis  tanaman  kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).

Membentuk Piringan (Bokoran)
        Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, atau disemprot dengan herbisida.

Gambar 4. Pengendalian gulma dengan cara bokoran

Pemupukan
        Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan  B (Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax  (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit.

Tabel 2.  Dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan


Jenis Pupuk

Dosis (kg/ph/th)

Keterangan

Urea

KCl

Kiserit

SP-36

Borax

2,0-2,5

2,5-3,0

1,0-1,5

0,75-1,0

0,05-0,1

diberikan 2x aplikasi

diberikan 2x aplikasi

diberikan 2x aplikasi

diberikan 1x aplikasi

diberikan 2x aplikasi

        Pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok. Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September-Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret-April) untuk pemupukan yang kedua. Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0-3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

Jenis Pupuk

Dosis (kg/ph/th)

Keterangan

Urea

KCl

Kiserit

SP-36

Borax

0,40-0,60

0,20-0,50

0,10-0,20

0,25-0,30

0,02- 0,05

diberikan 2 x aplikasi

diberikan 2 x aplikasi

diberikan 2 x aplikasi

diberikan 1 x aplikasi

diberikan 2 x aplikasi

        Pupuk N, P, K, Mg, B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun. Waktu pemupukan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September-Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret-April) untuk pemupukan yang kedua.

Pemangkasan Daun
        Pemangkasan daun bertujuan untuk    memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan:
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak mengganggu kegiatan panen.

Pengendalian Gulma
        Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle  weeding), penyiangan gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping). 

Pengendalian Hama dan Penyakit
        Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik    yang kurang membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
a. Hama
·   Tungau
Penyebab: Tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala: Daun menjadi mengkilap dan berwarna kecoklatan.
Pengendalian: Penyemprotan dengan akarisida yang berbahan aktif tetradion 75,2 gr/lt (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2%.

·   Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: Daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

·   Nematoda
Penyebab: Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Hama ini menyerang akar   tanaman kelapa sawit.
Gejala: Daun-daun muda yang akan membuka menjadi tergulung dan  tumbuh  tegak. Selanjutnya daun berubah warna menjadi kuning dan mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka, sehingga tidak menghasilkan buah.
Pengendalian: Tanaman yang terserang diracun dengan natrium arsenit. Untuk memberantas sumber infeksi, setelah tanaman mati atau kering dibongkar lalu dibakar.

·   Kumbang
Penyebab: Oryctes rhinoceros. Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada tanaman muda, sebab jika sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk dan mengakibatkan kematian.
Pengendalian: Menjaga kebersihan kebun, terutama di sekitar tanaman. Sampah-sampah dan pohon yang mati dibakar, agar larva hama mati. Pengendalian secara biologi dengan menggunakan      jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.

·   Penggerek Tandan Buah
Penyebab: Ngengat Tirathaba mundella. Hama        ini meletakkan telurnya pada tandan buah, dan setelah menetas larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa sawit.
Pengedalian: Semprot dengan insetisida yang mengadung bahan aktif triklorfom 707 gr/lt atau endosulfan 350 gr/lt,

·   Ulat Api
Penyebab: Setora nitens, Darna trima dan Ploneta diducta. Hama pemakan daun.
Gejala: Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daunnya. Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah.
Pengendalian: Semprot dengan insektisida berbahan aktif triazofos 242 gr/lt  karbaril 85 %, dan klorpirifos 25 ULV.
 
b. Penyakit
·   Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. yang menyerang bagian akar.
Gejala: Bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: Pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

·   Garis  Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum yang menyerang bagian daun.
Gejala: Bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: Inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO semenjak awal.

·   Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa yang menyerang bagian batang.
Gejala: Pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian: Adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.

·   Bud Rot
Penyebab: Bakteri Erwinia. Penyakit ini sering berkaitan erat dengan serangan hama kumbang (Oryctes rhinoceros). Setelah hama menyerang titik tumbuh, kemudian dilanjutkan dengan serangan penyakit ini yang menrupakan serangan sekunder.
Gejala: Kuncup yang di tengah membusuk sehingga mudah dicabut dan berbau busuk. Akibatnya tanaman akan mati dan jika tetap hidup daun tumbuh tidak normal, kerdil dam kurus.
Pengendalian: Belum ada cara efektif  yang ditemukan dalam pemberantasan penyakit ini. Untuk pencegahannya yaitu menjaga kebersihan (sanitasi) kebun terutama di sekitar tanaman.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum bisa  mengatasi, dapat dipergunakanm pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan, tambahkan perekat perata AERO 810, dosis ± 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
PANEN

        Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen.
        Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

Gambar 5. Tandan buah yang siap panen

        Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang  masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah.
        Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang telah dipotong diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3 bagian. Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipanen diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Kemudian tandan buah atau TBS (tandan buah segar) dan brondolan tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALBnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah dipanen harus segera diolah.
        Besarnya produksi kelapa sawit sangat tergantung pada berbagai faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim dan teknologi yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit. Sebagai gambaran produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit berbagai umur tanaman per hektar.

Sumber: lampung.litbang.deptan.go.id

Baca Selengkapnya - Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit

Rabu, 14 September 2011

Budidaya Perkebunan Karet

Di dalam memulai usaha  kebun  karet  diperlukan  manajemen  dan  teknologi  budidaya  tanaman  karet  yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan  pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen


1. SYARAT TUMBUH
        Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
   Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
* Curah hujan: Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 1.500 mm sampai 3.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd.150  HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada  pagi  hari,  produksi  akan berkurang.
* Tinggi tempat: Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m  dari permukaan laut. Ketinggian  > 600  m dari permukaan laut  tidak  cocok  untuk  tumbuh  tanaman karet.  Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 0C sampai 35 0C.
* Angin: Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.

b. Tanah
   Lahan  kering  untuk  pertumbuhan  tanaman  karet  pada  umumnya  lebih  mempersyaratkan  sifat  fisik  tanah dibandingkan  dengan  sifat  kimianya. Hal  ini disebabkan  perlakuan  kimia  tanah  agar sesuai  dengan  syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena  kandungan  haranya  rendah. Tanah alluvial  biasanya  cukup  subur,  tetapi  sifat  fisikanya  terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
• Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
• Aerase dan drainase cukup
• Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
• Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
• Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
• Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
• Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 5,5
• Kemiringan tanah < 10% dan
• Permukaan air tanah < 100 cm.

2. BAHAN TANAM
        Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan  batang  bawah  merupakan  suatu  kegiatan  untuk  memperoleh  bahan  tanam  yang  mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan  batang b awah  yang  memenuhi  syarat  teknis  yang  mencakup  persiapan  tanah  pembibitan, penanganan   benih,   perkecambahan,   penanaman   kecambah,   serta   usaha   pemeliharaan   tanaman   di pembibitan.  Untuk  mendapatkan  bahan  tanam  hasil  okulasi  yang  baik  diperlukan  entres  yang  baik,  Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,  karena  entres  cabang  akan  menghasilkan  tanaman  yang  pertumbuhannya  tidak  seragam  dan keberhasilan  okulasinya rendah. Okulasi  merupakan  salah  satu  cara perbanyakan  tanaman  yang  dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan.

a. Jenis Klon Anjuran
Klon penghasil lateks
 :
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217,


PB 260
Klon penghasil lateks-kayu
 :
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037,


IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118
Klon penghasil kayu
 :
IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut.

b. Batang Bawah
Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu:
- Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih.
- Kemurnian klon minimal 95%.
- Umur tanaman 10-25 tahun.
- Pertumbuhan normal dan sehat
- Penyadapan sesuai norma.
- Luas blok minimal 15 ha.
- Topografi relatif datar.

c. Sumber Benih
* PT London Sumatera Plantation.
* Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
* Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
* Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

3. PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN
        Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.

a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
   Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Penataan blok -blok
Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10-20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan  jalan  yang  efektif. Lebar  jalan  disesuaikan  dengan  jenis/kelas  jalan  dan  alat  angkut  yang  akan digunakan.

Penataan Saluran Drainase
Setelah  pemancangan  jarak  tanam  selesai,  maka  pembuatan  dan  penataan  saluran  drainase  (field  drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

b. Persiapan Lahan Penanaman
   Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
* Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

* Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan  tanah  secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

* Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 ‐ 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.

* Pengajiran
Pada  dasarnya  pemancangan  air  adalah  untuk  menerai  tempat  lubang  tanaman  dengan  ketentuan  jarak tanaman sebagai berikut : a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 ‐ 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur ‐ Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m (lihat Gambar 1).
                                    Gambar 1. Cara Pengajiran pada Lahan Datar

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2,5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 2. Bahan  ajir  dapat  menggunakan  potongan  bambu  tipis  dengan  ukuran  20  cm – 30  cm.  Pada  setiap  titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
                                    Gambar 2. Cara Pengajiran Menurut Kontur.

* Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 3). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

* Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

   
                                   Gambar 3. Pembuatan Lubang Tanam. 

Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag  kecil  sebanyak  1.000  bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan  melakukan penyiangan,  dan  pemupukan  dengan  200  kg  RP  per  hektar,  dengan  cara  menyebar  rata  di  atas  tanaman kacangan.

c. Seleksi dan Penanaman Bibit
* Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat  umum  yang  baik  antara  lain  :  berproduksi  tinggi,  responsif  terhadap  stimulasi  hasil,  resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
• Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
• Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
• Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
• Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

* Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam  7  m  x  3  m  (untuk  tanah  landai),  diperlukan  bibit  tanaman  karet  untuk  penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

* Penanaman
Pada  umumnya  penanaman  karet  di  lapangan  dilaksanakan  pada  musim  penghujan  yakni  antara  bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP-36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

4. PEMELIHARAAN TANAMAN
        Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
a. Pengendalian gulma
   Areal  pertanaman  karet,  baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan  baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
1. Fase Pembibitan
Berikan larutan MiG‐6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1  liter air) berikan secukupnya pada media tanam  yang  terdapat  pada  polybag,  kemudian ulang  setiap 10 hari sekali, sampai  bibit  tanaman berumur 16 bulan.

2. Fase Sebelum Menghasilkan:
Kebutuhan perpohon berikan larutan 10 ml MiG-6PLUS (dicampur dengan air secukupnya),  buat  4 buah  lubang (kedalaman  30cm  Ø  3-5cm;  buat  pakai  linggis  saja)  dengan  jarak setengah tajuk, kemudian ulangi setiap 4 bulan sekali.

3. Fase  Setelah  Produksi:
Kebutuhan  perpohon,  berikan  larutan 10 ml  MiG-6PLUS  (dicampur  dengan  air secukupnya),  buat  4 buah  lubang (kedalaman  30cm  Ø  3-5cm;  buat  pakai  linggis  saja)  dengan  jarak setengah tajuk, kemudian ulangi setiap 3 bulan sekali.

b. Program Pemupukan
   Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum  pemupukan,  gawangan  lebih  dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian  SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.



Sementara  itu  untuk  tanaman  kacangan  penutup  tanah,  diberikan  pupuk  RP  sebanyak  200  kg/ha,  yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.

c. Pemberantasan Penyakit Tumbuhan
    Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa  kehilangan  hasil  akibat kerusakan  tanaman,  tetapi  juga biaya yang dikeluarkan  dalam upaya  pengendaliannya.  Oleh  karena  itu  langkah-langkah  pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut  perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah :
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
   Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus  lignosus). Penyakit  ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
• Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
• Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
• Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
• Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+

b. Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
   Penyakit kekeringan  alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemudian dalam beberapa minggu saja keseluruhan alur sadap ini kering tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mdari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

5. PENYADAPAN/PANEN
 Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5-6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

a. Tinggi bukaan sadap
   Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.

b. Waktu bukaan sadap
   Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.

c. Kemiringan irisan sadap
   Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.

d. Peralihan tanaman dari TMB ke TM
   Secara  teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 – 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.

e. Pelaksanaan penyadapan
* Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25–30 tahun. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.

* Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm–2 mm setiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25–30 tahun.

* Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.

* Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.

Sumber: - migroplus.com
              - disbun.kuansing.go.id 
Baca Selengkapnya - Budidaya Perkebunan Karet