Rabu, 14 September 2011

Budidaya Perkebunan Karet

Di dalam memulai usaha  kebun  karet  diperlukan  manajemen  dan  teknologi  budidaya  tanaman  karet  yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan  pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen


1. SYARAT TUMBUH
        Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
   Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
* Curah hujan: Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 1.500 mm sampai 3.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd.150  HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada  pagi  hari,  produksi  akan berkurang.
* Tinggi tempat: Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m  dari permukaan laut. Ketinggian  > 600  m dari permukaan laut  tidak  cocok  untuk  tumbuh  tanaman karet.  Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 0C sampai 35 0C.
* Angin: Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.

b. Tanah
   Lahan  kering  untuk  pertumbuhan  tanaman  karet  pada  umumnya  lebih  mempersyaratkan  sifat  fisik  tanah dibandingkan  dengan  sifat  kimianya. Hal  ini disebabkan  perlakuan  kimia  tanah  agar sesuai  dengan  syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena  kandungan  haranya  rendah. Tanah alluvial  biasanya  cukup  subur,  tetapi  sifat  fisikanya  terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
• Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
• Aerase dan drainase cukup
• Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
• Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
• Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
• Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
• Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 5,5
• Kemiringan tanah < 10% dan
• Permukaan air tanah < 100 cm.

2. BAHAN TANAM
        Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan  batang  bawah  merupakan  suatu  kegiatan  untuk  memperoleh  bahan  tanam  yang  mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan  batang b awah  yang  memenuhi  syarat  teknis  yang  mencakup  persiapan  tanah  pembibitan, penanganan   benih,   perkecambahan,   penanaman   kecambah,   serta   usaha   pemeliharaan   tanaman   di pembibitan.  Untuk  mendapatkan  bahan  tanam  hasil  okulasi  yang  baik  diperlukan  entres  yang  baik,  Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,  karena  entres  cabang  akan  menghasilkan  tanaman  yang  pertumbuhannya  tidak  seragam  dan keberhasilan  okulasinya rendah. Okulasi  merupakan  salah  satu  cara perbanyakan  tanaman  yang  dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan.

a. Jenis Klon Anjuran
Klon penghasil lateks
 :
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217,


PB 260
Klon penghasil lateks-kayu
 :
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037,


IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118
Klon penghasil kayu
 :
IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut.

b. Batang Bawah
Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu:
- Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih.
- Kemurnian klon minimal 95%.
- Umur tanaman 10-25 tahun.
- Pertumbuhan normal dan sehat
- Penyadapan sesuai norma.
- Luas blok minimal 15 ha.
- Topografi relatif datar.

c. Sumber Benih
* PT London Sumatera Plantation.
* Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
* Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
* Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

3. PERSIAPAN TANAM DAN PENANAMAN
        Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.

a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
   Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Penataan blok -blok
Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10-20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan  jalan  yang  efektif. Lebar  jalan  disesuaikan  dengan  jenis/kelas  jalan  dan  alat  angkut  yang  akan digunakan.

Penataan Saluran Drainase
Setelah  pemancangan  jarak  tanam  selesai,  maka  pembuatan  dan  penataan  saluran  drainase  (field  drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

b. Persiapan Lahan Penanaman
   Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
* Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

* Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan  tanah  secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

* Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 ‐ 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.

* Pengajiran
Pada  dasarnya  pemancangan  air  adalah  untuk  menerai  tempat  lubang  tanaman  dengan  ketentuan  jarak tanaman sebagai berikut : a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 ‐ 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur ‐ Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m (lihat Gambar 1).
                                    Gambar 1. Cara Pengajiran pada Lahan Datar

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2,5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 2. Bahan  ajir  dapat  menggunakan  potongan  bambu  tipis  dengan  ukuran  20  cm – 30  cm.  Pada  setiap  titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
                                    Gambar 2. Cara Pengajiran Menurut Kontur.

* Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 3). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

* Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

   
                                   Gambar 3. Pembuatan Lubang Tanam. 

Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag  kecil  sebanyak  1.000  bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan  melakukan penyiangan,  dan  pemupukan  dengan  200  kg  RP  per  hektar,  dengan  cara  menyebar  rata  di  atas  tanaman kacangan.

c. Seleksi dan Penanaman Bibit
* Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat  umum  yang  baik  antara  lain  :  berproduksi  tinggi,  responsif  terhadap  stimulasi  hasil,  resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
• Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
• Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
• Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
• Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

* Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam  7  m  x  3  m  (untuk  tanah  landai),  diperlukan  bibit  tanaman  karet  untuk  penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

* Penanaman
Pada  umumnya  penanaman  karet  di  lapangan  dilaksanakan  pada  musim  penghujan  yakni  antara  bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP-36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

4. PEMELIHARAAN TANAMAN
        Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
a. Pengendalian gulma
   Areal  pertanaman  karet,  baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan  baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
1. Fase Pembibitan
Berikan larutan MiG‐6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1  liter air) berikan secukupnya pada media tanam  yang  terdapat  pada  polybag,  kemudian ulang  setiap 10 hari sekali, sampai  bibit  tanaman berumur 16 bulan.

2. Fase Sebelum Menghasilkan:
Kebutuhan perpohon berikan larutan 10 ml MiG-6PLUS (dicampur dengan air secukupnya),  buat  4 buah  lubang (kedalaman  30cm  Ø  3-5cm;  buat  pakai  linggis  saja)  dengan  jarak setengah tajuk, kemudian ulangi setiap 4 bulan sekali.

3. Fase  Setelah  Produksi:
Kebutuhan  perpohon,  berikan  larutan 10 ml  MiG-6PLUS  (dicampur  dengan  air secukupnya),  buat  4 buah  lubang (kedalaman  30cm  Ø  3-5cm;  buat  pakai  linggis  saja)  dengan  jarak setengah tajuk, kemudian ulangi setiap 3 bulan sekali.

b. Program Pemupukan
   Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum  pemupukan,  gawangan  lebih  dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian  SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.



Sementara  itu  untuk  tanaman  kacangan  penutup  tanah,  diberikan  pupuk  RP  sebanyak  200  kg/ha,  yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.

c. Pemberantasan Penyakit Tumbuhan
    Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa  kehilangan  hasil  akibat kerusakan  tanaman,  tetapi  juga biaya yang dikeluarkan  dalam upaya  pengendaliannya.  Oleh  karena  itu  langkah-langkah  pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut  perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah :
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
   Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus  lignosus). Penyakit  ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
• Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
• Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
• Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
• Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+

b. Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
   Penyakit kekeringan  alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemudian dalam beberapa minggu saja keseluruhan alur sadap ini kering tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mdari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

5. PENYADAPAN/PANEN
 Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5-6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

a. Tinggi bukaan sadap
   Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.

b. Waktu bukaan sadap
   Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.

c. Kemiringan irisan sadap
   Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.

d. Peralihan tanaman dari TMB ke TM
   Secara  teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 – 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.

e. Pelaksanaan penyadapan
* Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25–30 tahun. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.

* Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm–2 mm setiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25–30 tahun.

* Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.

* Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.

Sumber: - migroplus.com
              - disbun.kuansing.go.id 

0 komentar:

Posting Komentar